”Jika tidak mampu menjadi pena untuk menulis kebaikan maka jadilah penghapus untuk menghilangkan keburukan” (serpihan kisah pelayanan ummat)
Tepat diawal
tahun 2016 kami yang berasal dari berbagai wilayah di Nusantara berhimpun
bersama mengikrarkan janji mengabdikan diri pada agama dan negeri. Sebuah
keputusan besar bergabung bersama bidang Pelayanan Ummat Himpunan Mahasiswa Muslim
Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Sebagai garda terdepan lembaga dalam
ekspansi da’wah, kami menyusun program kerja dengan mengedepankan kebutuhan
masyarakat berupa pengembangan ilmu pengetahuan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Layaknya sebuah organisasi program
kerja disusun sedemikian rapi sehingga visi utama dari lembaga tersebut
dapat tercapai bukan sekedar legalitas penyelenggaraan, banyak dari program berjalan
sesuai dengan jadwal dan tidak jarang kami melakukan program sosial masyarakat
yang sebelumnya tidak kami programkan. Peristiwa suriah misalnya, sebuah
penggalangan dana besar-besaran kami lakukan demi membantu mengurangi
penderitaan mereka dengan bekerjasama dengan Aksi Cepat Tanggap Jogja, Syam
Organizer, dan HMP UGM. Selain itu, bencana banjir dan tanah lonsor jawa tengah
serta berbagai kegiatan social lainnya.
Program desa
binaan menjadi fokus utama pelayanan kali ini, tujuannya membangun basis da’wah
pada wilayah yang masih membutuhkan pendampingan dalam akselarasi pengembangan
masyarakat desa. Demi meningkatkan wawasan masyarakat desa binaan, laskar da’wah
membuka donasi buku untuk memenuhi referensi bacaan dari usia anak-anak sampai
dewasa. Selain buku, kami pun melakukan seminar parenting dan ibu cerdas di
Dusun Wonorejo Desa Hargubinangun yang menjadi desa binaan. Peningkatan
kompetensi ibu-ibu setempat dilakukan melalui seminar dan pendampingan, program
ini menanamkan kesadaran pentingnya kehadiran orang tua dalam mendidik anak
dari sebelum lahir hingga membesarkan dengan akidah dan akhlak mulia, selain
itu bagaimana memberikan asupan gizi dan susu sesuai usianya. Pada dasarnya
semua kegiatan tersebut untuk mengokohkan generasi dengan asupan fisik dan
rohani yang berawal dari rumah agar setiap rumah memancarkan cahaya yang akan
menerangi lingkungan, semakin banyak cahaya yang terpancar maka suatu saat
cahaya itu akan bertemu dan berkumpul menjadi sinar yang dapat menerangi alam.
Selalu ada
jalan, itulah yang kami yakini dalam setiap langkah untuk menunaikan amanah
ini, sering kali kami merasakan pesimis dengan setiap keadaan yang kami lalui
dalam menyukseskan setiap kegiatan. Katika bulan ramadhan lalu kami sepakat
menyelenggarakan kegiatan pembimbingan Al-Qur’an, dilanjutkan dengan buka
bersama dengan warga setempat. Momen yang paling mengharukan ketika pesantren
ramadhan tersebut, karena besarnya antusias masyarakat ditambah dengan
kehadiran sebagian besar pengurus tahun ini dan tahun sebelumnya. Pada awalnya
kami sempat pesimis disebabkan kurangnya peserta yang hadir dan waktu terus
berjalan, masjid kampung semakin ramai dan padat dipenuhi warga dan pengurus,
ketika waktu berbuka tiba rasa pesimis itu hilang berganti rasa cemas dan
takut. Cemas dan takut akan jumlah persediaan tidak mampu mencukupi setiap
orang yang telah meyisihkan waktunya hanya untuk datang dalam kegiatan kami.
Pengurus hanya menyediakan 140 kotak nasi dan makanan pembukan yang jumlahnya
hampir sama, sembari dibagikan dan memperhatikan satu persatu kotak nasi
menempati jari-jari hamba Allah yang telah menahan haus dahaga mereka seharian
penuh. Rasa itu semakin membuncah, kami saling tatap satu sama lain dengan
wajah menunjukkan kecemasan yang serupa. Kotak terus melayang hingga tiba pada takdirnya, doa dan harap
terus terikrakan dalam hati agar tidak satu pun dari hamba Allah yang tidak
mendapatkan bagian. Gayung bersambut Allah menjaga kami dari malu yang harus
ditanggung kiranya katakutan itu terbukti, namun Masya Allah tanpa kami duga
kotak nasi yang kami sediakan sesuai dengan jumlah yang hadir.
Rasa itu
kembali menghampiri, yach rasa pesimis. Setelah program pesantren ramadhan
berlalu kami tidak berhenti untuk melakukan ekspansi da’wah dan menanamkan
kepercayaan masyarakat pada organisasi ini. Hari Qurban, sebuah momen berbagi
yang tidak boleh ketinggalan, dimana
banyak orang yang akan membagikan sebagian dari harta yang dimiliki sebagai
bentuk ketakwaan seorang hamba. Kali ini kami hadir dengan kata ampuh
“Berkorban untuk Qurban”, kata ini ternyata tidak seampuh yang kami fikirkan,
satu minggu, dua minggu setelah poster tersebar belum ada seorang penderma yang
menghubungi untuk menitipkan amanah kepada kami. Hal ini membuat para pelayan
ummat harus membangun pesimis jadi optimis dengan bekerja lebih dari biasanya
untuk dapat menarik simpati dari masyarakat yang tahun ini mengikhlaskan isi
dompet dan tabungannya berkurang dan mengubah menjadi hewan yang akan mengalir
darah pada lehernya di hari berbagi.
Waktu terus
berlalu, suatu waktu layar HP menunjukkan sebuah pesan yang masuk dengan nomor
tak dikenal dengan isi berupa pesan pertanyaan terkait penyelenggaraan qurban.
Saat itu, mulailah komunikasi yang serupa dengan orang berbeda hingga tiba hari
dimana jadwal penerimaan sudah harus dihentikan. Bahkan kami telah menutup pun
masih banyak yang bermaksud menaruh kepercayaan. Akhirnya, sesuai dengan niat
awal maka penerimaan berlanjut sampai tiga hari sebelum hari raya. Diantara hamba
Allah pemberi amanah tersebut tidak hanya terpusat di jogja atau pulau Jawa
tetapi berasal dari Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, dan Nusa tenggara. Setelah
optimisme terkumpul tanpa disadari dengan kepercayaan diri yang tinggi kami
terus menerima hewan qurban sampai jumlahnya mencapai 29 ekor, kekhawatiran
kembali melingkupi mau dibawa kemana jumlah yang sangat besar ini. Keadaan ini
mengaharuskan setiap laskar da’wah mencari daerah yang memenuhi keriteria untuk
mendapatkan hewan, setelah pencarian dan survei lokasi maka kami memutuskan
membagi kedalam lima tempat penyaluran dengan dua kabupaten yakni Sleman dan
Gunung Kidul. Selain di Desa Binaan juga disalurkan ke salah satu desa yang
berada di kecamatan prambanan yang terletak diatas gunung, ketika menggunakan
kendaraan bermotor kewilayah tersebut rasanya motor seolah berdiri karena
curamnya jalan yang harus dilalui dengan kemiringan hampir mencapai 80 derajat.
Setelah kekhawatiran terbitlah keharuan melihat jumlah relawan yang siap turun membatu
dalam menunaikan amanah besar dari masyarakat Indonesia pada hari raya Idul
Adha dengan jumlah tidak kurang dari 60 orang.
Siang
menutupi malam dan malam menutupi siang, pelayanan terus dilakukan, suatu waktu
timbul keresahan dengan melihat dan mendengar keadaan masyarakat yang
melafalkan ayat-ayat Al-Qur’an masih jauh dari ilmu pelafalan huruf sebagaimana
mestinya. Keadaan menuntut untuk berfikir layaknya kecepatan cahaya agar tidak
tergilas oleh waktu yang terus berkurang, akhirnya kami memutuskan turut campur
tangan dalam pembinaan TPA Wonorejo sebagai salah satu taman surga yang
disediakan Allah bagi setiap orang yang mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an,
kitab yang segala sesuatu sudah ada padanya. Aturan hidup, bisnis, cocok tanam,
motivasi, ilmu alam, sastra dan segala ilmu yang ada di langit dan bumi.
Berbekal kemampuan yang terbatas sembari mengajar juga tak lupa belajar
memperbaiki bacaan pada ustadz dan ustadzah yang ada di sekitar lingkungan kami,
kegiatan pengajaran terus berlanjut dari hari ke hari. Kesibukan yang berbeda
diantara pengajar sering membuat kewalahan dengan hanya satu atau dua orang
pengajar saja yang aktif setiap minggunya, sehingga bendera jihad sebagai
relawan pengajar dikibarkan. Gayung kembali bersambut, diluar sana masih banyak
tentara-tentara Allah yang selalu ingin menyisihkan waktu dan mengabdikan ilmu
mereka, akhirnya kami punya pengajar tetap yang telah terjadwalkan dengan rapi
dilengkapi metode pembelajaran yang berusaha dibakukan “metode wafa” itu
sebutannya, sebuah pengembangan metode dari metode iqra’ yang telah dikenal puluhan
tahun silam.
Peristiwa
demi peristiwa senantiasa mengawal perjalanan kami, ketika proses distribusi
hewan qurban dilakukan, tiga lokasi penyaluran hewan semestinya diterima pada
saat matahari memancarkan panasnya tepat diubun-ubun, harus menunggu sampai
kegelapan malam menyelimuti, sehingga laskar da’wah harus berada diantara
rindangnya hutan dalam kegelapan malam dan pulang keperaduan dengan menembus
dingin yang mendera qalbu yang senantiasa ikhlas dalam menunaikan anamah. Pelaksanaan
pemotongan hewan qurban sebagaimana lokasi dan tempat yang ekstrim, dalam
perjalanan salah seorang relawan sempat terjatuh dari tunggangannya, sebuah
bukti bahwa Allah senantiasa melindungi hambanya dalam perjalanan menuju
jalan-Nya meski terjatuh tetapi tidak mengalami luka yang berarti. Dilain waktu
berselimut kegelapan malam sepulang mengajar di TPA, motor seorang pengajar
harus diderek mencari lokasi tambal ban yang pada waktu itu bengkel sudah
tertutup rapat, pertanda siang telah diakhiri waktu mencari nafkan dilanjutkan esok
hari. Dengan penuh kesabaran mencari cara agar bisa segera mengatasi kejadian
yang menimpa dan segera pulang. Kejadian
yang tidak jauh berbeda ketika dalam perjalanan mengajar di TPA dibawah
derasnya hujan tangki motor menengadah meminta diisi kembali, sehingga motor
diderak mengikuti alunan dan rintikan hujan yang tergenang dijalan raya.
Pikiran,
tenaga, dan tetesan keringat yang menemani perjalanan selama amanah kami
nyatakan diterima menjadi saksi perjalanan yang tidak seorang pun yang
mengetahui seberapa besar nilainnya selain pemberi nilai itu sendiri. Amanah
kami terima dengan penuh penghayatan dan berusaha melepaskan diri dari prasangkan
negatif terhadap satu sama lain, memberikan kami banyak pelajaran hidup dan
kepekaan pada lingkungan yang tidak seberuntung kami. Jika kembali mengingat
satu persatu perjalanan yang kami lalui terasa air mata ingin berlomba
membasahi pipi dengan penuh rasa haru dan takjub atas kebesaran Allah dan
kesetiaan saudara dalam da’wah. Sekian banyak kejadian yang kami lalui dan
menjadikan semakin tunduk, patuh dan percaya bahwa setiap yang melangkahkan
kaki menuju ridha Allah, menolong agama-Nya, maka Allah sekali-kali tidak akan
berlepas diri dan membiarkan hambanya kesulitan apalagi malu terhadap kekuranan
yang memungkinkan lingkungan akan mecelah dan mencibirya. Maha benar Allah
dengan segala firman-Nya bahwa bersama kesusahan ada kemudahan.

0 komentar:
Posting Komentar