Peradaban Islam
Pendidikan akhlak menjadi suatu manifestasi yang tidak dapat
dipungkiri akan melahirkan peradaban-peradaban baru di dunia, sebagaimana pembentukan
akhlak merupakan bagian misi utama
Rasulullah SAW. Sejarah mencatat bahwa sebelum peradaban barat
menguasai dunia seperti saat ini, peradaban islam telah menjadi pionir bagi
lahirnya pemikiran-pemikiran kontemporer, ilmu pengetahuan, dan rujukan literatur.
Seperti diakui oleh Jacques C. Reister, seorang sejarahwan Barat, “Selama lima
ratus tahun Islam menguasai dunia dengan kekuatannya, ilmu pengetahuan dan
peradaban yang tinggi”. Maka tidak mengherankan ketika institusi pendidikan yang
ideal lahir pada masa kejayaan islam
seperti sekolah islam pertama Madrasah Nizamiyah, obor ranaisans dari kota Fez Universiti
Al-Qarawiyyin, institusi pendidikan islam modern Universiti Al-Azhar, cahaya peradaban di akhir kejayaan Abbasiyah Universiti Al-Mustansiriyah, atau cahaya peradaban islam di Afrika Barat Universiti Sankore pernah menjadi kiblat ilmu pengetahuan. Karena
kejayaan institusi tersebut, maka lahirlah cendikiawan muslim dengan sejumlah
karya fenomel yang dikenal dunia sampai saat ini. The Canon of Medicine karya Ibnu Sina, Book of Precious Stone karya al-Biruni, Al-Falsafah al-Ula karya al-Kindi, The Compendious Book on
Calculation by Completion and Balancing karya al-Khawarizmi, The Book of Composition of
Alchemy karya Jabir
Ibnu Hayyan dan sejumlah muslim lainnya tercatat sebagai saintis paling
berpengaruh di dunia.
Kejayaan peradaban
islam dalam kurung waktu sekitar lima ratus tahun tersebut,
mengalami kemunduran disebabkan pertama, jauhnya umat islam dari Al-Qur’an dan
As-Sunnah sehingga konsep diri yang dimiliki menjadi buruk. Umat islam saat ini
mengoptimalkan memberikan kursus matematika, bahasa inggris, dan berbagai
cabang ilmu lain, sedangkan kursus Al-Qur’an dan bahasa arab jarang dilakukan
bahkan hampir tidak terfikirkan. Dari Ali bin abi Thalib ra berkata “akan datang
pada umatku suatu zaman, yang tidak tersisa dari islam kecuali namanya, dan
tidak tersisa dari Al-Qur’an kecuali tulisannya, masjid mereka ramai tetapi
sepi dari petunjuk, ulama mereka sejelek-jelek manusia dikolong langit, darinya
keluar fitnah dan kepada mereka fitnah tersebut kembali” (HR. Baihaqi). Kedua,
karena jauh dari Al-Qur’an dan As-Sunnah umat menjadi mengikuti peradaban yang
jauh dari tuntunan, tidak memiliki prinsip-prinsip hidup layaknya seorang
muslim, pada akhirnya mereka mencari nilai dari orang lain bahkan mengikuti
gaya hidup publik figur yang tidak dapat menjadi figur dalam kehidupan islam. “Sungguh kalian akan mengikuti cara-cara
Sunan, gaya-gaya orang-orang sebelum kalian satu jengkal, satu hasta, satu
depa, secara bertahap sehingga sampai mereka memasuki lubang biawak sekalipun
kalian akan mengikutinya”. Para sahabat bertanya, ”Yahudi dan Nasrani?”. Jawab
Rasul, ”Siapa lagi kalau bukan mereka”. (HR. Bukhari).
Ketiga, terjadi perpecahan di kalangan umat. Banyak
organisasi dan partai umat Islam yang diakibatkan karena umat tidak punya nilai
konsep persatuan dan kesatuan fikrah pemikiran dan akidah. Semua merasa benar
dan tidak bersikap dewasa. Keempat, adanya pertempuran antara haq dan bathil. Salah satu
pelajaran berharga bagi umat islam adalah “Perang Salib”, yang menggunakan
berbagai dimensi pertempuran, politik, ekonomi, dan perang di tataran
keagamaan. Dan kelima, Banyak teori-teori saat ini yang menjauh dari
nilai-nilai islam, teori yang terkait dengan kemanusiaan, seperti ekonomi
politik, sosial budaya atau psikologi. Karena kita tidak memiliki kekuatan
prinsip nilai-nilai islam, tidak memiliki paradigma teori yang bersumberkan
dari Al-Quran dan As-Sunnah, serta jauh dari paradigma ilmuan muslim dengan
karya yang mereka miliki, pada akhirnya mengikuti seluruh teori-teori tanpa
filter. Sebagai akibatnya persepsi dan cara berfikir juga berubah. Umat Islam
tidak lagi mencerminkan cara berfikir yang islami, sehingga emosi umat Islam
tidak lagi emosi yang islami. Selain kemunduran yang disebabkan oleh faktor
tersebut diatas, maka terdapat penyebab yang kurang medapat perhatian dari
masyarakat yakni pendidikan dalam rumah tangga, kehadiran seorang sebagai
pemberi kehangatan dan ayah sebagai pemberi kekuatan. Kehangatan
dan kekuatan dalam melangkah memberi pengaruh yang besar pada perkembangan
anak.
Pendidikan dari Luqman
Terlepas dari sejarah kejayaan dan penyebab kemunduran Islam,
Al-Qur’an surah Luqman ayat 12 – 19 memberikan langkah pendidikan yang sempurna
dalam mengembalikan kejayaan islam. Pendidikan bersyukur merupakan hikmah yang
Allah berikan kepada Luqman agar menjadi seorang hamba yang mampu mensyukuri
nikmat yang dirasakan melalui perasaan yang halus, akal pikiran dan pengetahuan
hakiki dan jalan benar yang dapat menyampaikan kepada kebahagiaan abadi. Sebagai seorang ayah yang memahami kewajiban
untuk memberikan hak anak atas dirinya, Luqman menempatkan diri pada posisi
pertama dalam mendidik anaknya dengan pendidikan dasar yakni tauhid yang
menjadi fondasi dari pendidikan islam. Mengajarkan kepada anak mengenal Allah
sejak dini. Imam Al Baqir dan Imam Ash Shadiq raadiyallahu
‘anhuma berkata “tahapan untuk mengenalkan Allah kepada anak adalah pada usia 3
tahun, mengajarkan kalimat tauhid, “Laila
ha illallah” dan pada usia 3 tahun 7 bulan, mengajarkan kalimat “Muhammad Rasullullah”. Ketika telah
mengenal Allah, seorang hamba mendapat larangan untuk berbuat syirik,
sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang-orang terdahulu. Mereka mengenal
Allah, Menyembah-Nya tetapi disisi lain menyekutukan Allah dengan makhluk yang
tidak dapat memberikan manfaat dan mudharat.
Pendidikan
kedua berbuat baik kepada ibu bapak, perbuatan baik kepada orang tua tidak
terlepas dari jasa mereka. Ibu
mengandung seorang anak sampai ia dilahirkan, selama masa mengandung ibu
menahan dengan sabar penderitaan yang cukup berat, mulai pada bulan-bulan
pertama kemudian kandungan itu semakin lama semakin berat dan ibu semakin lemah
sampai pada saat melahirkan yang membuat banyak saraf yang dimili terputus.
Bahkan tubuh manusia hanya mampu menahan 45 titik rasa sakit namun pada saat
ibu melahirkan mampu menahan hingga 57 rasa sakit. Hal ini setara dengan 20
tulang rusuk retak dalam waktu yang bersamaan. Kemudian kekuatannya akan pulih setelah masa
nifas. Merawat dan menyusukan anak sampai masa dua tahun dengan penuh
kasih sayang. Disamping peran ibu ada ayah yang setia bekerja untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya, Al-Qur’an 17 kali menjelaskan tentang kewajiban orang
tua kepada anak, dari 17 tersebut 14
kali menjelaskan tanggung jawab ayah diatas ibu. Sehingga meskipun ayah
tidak menyapih dan merawat seperti ibu, namun tanggung jawab ayah lebih berat
sesuai dengan perintah Allah untuk mendidik dan melindungi keluarga dari api
neraka.
Pelajaran akhlak terhadap orang tua yakni dengan berbuat ihsan kepada keduanya baik dengan ucapan
maupun dengan perbuatan. seperti mengucapkan kata-kata yang lembut dan halus, sedangkan
dengan perbuatan adalah merendahkan diri, menghormati, memuliakan, dan memikul
bebannya, serta menjauhi sikap yang menyakitkannya, baik berupa ucapan maupun perbuatan. Karena itu,
maka setiap anak diperintahkan untuk bersyukur kepada Allah sebagai pemberi
nikmat dan orang tua yang memberikan perlindungan dan kasih sayang. Selain itu,
Allah memberikan pengajaran penting dalam beribadah kepada-Nya dan berbuat baik
kepada orang tua bahkan ketika mereka memerintahkan untuk berbuat syirik kepada
Allah. Allah tetap mengharuskan anak untuk memperlakukan orang tua dengan
akhlak yang baik tetapi tidak mengikuti perintah mereka dalam kesyirikan jika
hal tersebut sampai terjadi, karena hak Allah lebih besar daripada mereka. Luqman
juga mengajarkan kepada anaknya tentang muraqabah (merasa bahwa Allah
mengawasi) dari urusan besar sampai yang sekecil-kecilnya, yang nampak maupun
tidak, yang terlihat dan yang tersembunyi baik di langit maupun di bumi, pasti
diketahui Allah. Karena itu, Allah pasti akan memberikan pembalasan yang
setimpal dengan perbuatan manusia.
Terlepas dari kesyirikan maka kewajiban mendirikan shalat dan bersabarserta
mendekatkan diri kepada Allah, juga mengajak manusia mengerjakan perbuatan-perbuatan baik dan mencegah
manusia dari
mengerjakan perbuatan-perbuatan buruk, dan mengajak kepada kebaikan, akibat dari mengajak manusia
berbuat baik dan meninggalkan perbuatan yang mungkar, baik cobaan dalam bentuk
kesenangan dan kemegahan, maupun dalam bentuk kesengsaraan dan penderitaan. Agar dalam
proses da’wah mengajak orang lain menjadi baik maka sekali-kali jangan bersifat angkuh dan sombong, suka
membangga-banggakan diri dan memandang rendah orang lain. Sebagaimana tanda seseorang yang bersifat angkuh dan sombong ialah bila berjalan dan bertemu dengan
orang lain memalingkan muka, tidak menegur atau
memperlihatkan sikap ramah kepada orang dan berjalan dengan sikap angkuh, seakan-akan dia yang paling
berkuasa dan yang paling terhormat. Hal yang
semestinya dilakukan adalah hendaklah
sederhana waktu berjalan, lemah lembut dalam berbicara, sehingga orang yang melihat
dan mendengarnya merasa senang dan tenteram hatinya. Berbicara dengan sikap
keras, angkuh dan sombong dilarang Allah karena pembicaraan yang semacam itu jauh dri konsep
akhlak yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Pengajaran Luqman dan Kejayaan Islam
Masa Depan
Pendidikan berdasarkan penjelesan cara Luqman mendidik anaknya adalah
tauhid dan melarang berbuat syirik, serta menerangkan sebab untuk
menjauhinya. Luqman
juga memerintahkan berbakti kepada kedua orang tua dan sebab yang mengharuskan
untuk berbakti kepada keduanya. memerintahkan anak untuk bersyukur kepada Allah
dan bersyukur kepada kedua orang tua, bahwa menaati perintah orang tua tetap
dilakukan selama orang tua tidak memerintahkan berbuat maksiat, meski demikian,
seseorang tetap tidak dibenarkan durhaka kepada orang tua, bahkan tetap berbuat
baik kepada keduanya. Luqman juga memerintahkan anaknya agar memiliki rasa
pengawasan Allah dan bahwa Dia tidaklah meninggalkan sesuatu yang kecil atau
yang besar kecuali Dia akan mendatangkannya. Luqman juga melarang anaknya agar
tidak bersikap sombong dan membanggakan diri, serta memerintahkan untuk
bertawadhu’, dan memerintahkannya agar tenang dalam bergerak dan agar
merendahkan suara. Demikian pula Beliau memerintahkan anaknya beramar ma’ruf
dan nahi mungkar serta tetap mendirikan shalat dan berlaku sabar, maka semua
masalah menjadi mudah.
Pendidikan yang diajarkan Luqman kepada
anaknya sesuai dengan akhlak Rasulullah SAW. Pendidikan yang diterapkan oleh
Rasulullah pada saat penyebaran da’wah islam dibawah pimpinannya sampai berjaya
selama kurung waktu lima ratus tahun dapat menjadi tolak ukur dan acuan dalam
penguatan pendidikan yang dimulai dari keluarga. Karena dengan fondasi tauhid
dan akhlak yang baik maka umat islam akan mampu meraih kejayaan seperti pada
kepemimpinan Rasulullah dan sahabat. Sebagaimana dalam Al-Qur’an surah An-Nur
ayat 55, “Dan Allah telah berjanji kepada
orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shaleh
bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi,
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan
sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk
mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam
ketakutan menjadi aman sentosa”.
Luqman
mengajarkan cara mendidik anak secara runtun dan sempurna dalam pembinaan tauhid dan
akhlak yang dimulai dari keluarga sebagai fondasi peradaban. Jika setiap
keluarga menerapkan metode Luqman dalam mendidik anak, maka tidak hanya mampu
untuk mengenal Allah tetapi memiliki akhlak yang baik serta menyebarkan
kebaikan. Dari akhlak yang baik diperoleh pikiran yang terbuka, dari pikiran
yang terbuka dihasilkan kebiasaan yang baik dan tabiat yang terpuji, dari
tabiat yang terpuji diperleh amal shaleh, dari amal shaleh diperoleh keridhaan
Allah, dari keridhaan Allah diperoleh kerajaan abadi. Ketika setiap rumah mampu
mendidik anak dengan dasar tauhid, akhlak yang baik, serta kebaikan maka kejayaan islam akan kembali
seperti ketika Rasulullah dan sahabat memakmurkan bumi dengan cahaya islam dan janji Allah menjadi kenyataan.
Daftar Pustaka
Al Amali, karya Imam Al Baqir
dan Imam ash Shadiq
Demi Kebangkitan Islam, karya Yusuf Qardhawi
Prophetic
Parenting: Cara Nabi SAW Mendidik Anak, karya
Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid
Risalah
al-Mustarsyidin, karya Al-Muhasibih, tahqiq Asy-Syaikh Abdul
Fattah Abu Ghuddah
Tafsir al-Misbah
karya Quraish Shihab
http://www.globalmuslim.web.id
http://www.tafsir.web.id
0 komentar:
Posting Komentar