Dalam kaitannya dengan tugas
mengajar guru maka jenis penelitian yang dilakukan guru sebaikinya adalah
penelitian yang memiliki dampak terhadap pengembangan profesi guru dan
peningkatan mutu pembelajaran. Salah satu jenis penelitian ditinjau dari tingkat
eksplanasinya adalah penelitian deskriptif (Sugiyono: 2006, 5), jenis
penelitian ini dapat dilakukan oleh guru dalam kaitannya dengan
pembelajaran di kelasnya. Walaupun penelitian yang dilakukan oleh guru
merupakan penelitian deskriptif, namun tetap harus mendeskripsikan upaya yang
telah dilakukan guru untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran (Suhardjono:
2005). Upaya tersebut dapat berupa penggunaan metode pembelajaran yang baru,
metode penilaian atau upaya lain dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi
guru atau dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran. Dilihat dari syarat
penelitian deskriptif yang sesuai dengan kegiatan pengembangan profesi tersebut
(mendeskripsikan upaya yang telah dilakukuan), maka apabila penelitian seperti
itu dilakukan secara terencana oleh peneliti maka dapat dikategorikan sebagai
jenis penelitian Pre Experimental Design One Shot Case Study atau One-Group
Pretest-Posttest Design (Sugiyono: 2006, 83). Namun demikian, karena
pelaksanaan penelitian dilakukan setelah kejadian berlangsung (ini ciri
penelitian deskriptif) maka tetap dikatakan sebagai penelitian deskriptif.
Jenis penelitian deskriptif sendiri dapat dikelompokkan dalam tiga
kelompok, yaitu (1) apabila hanya mendeskripsikan data apa adanya dan menjelaskan
data atau kejadian dengan kalimat-kalimat penjelasan secara kualitatif maka
disebut penelitian deskriptif kualitatif; (2) Apabila dilakukan analisis data
dengan menghubungkan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka
disebut deskriptif asosiatif; dan (3) apabila dalam analisis data dilakukan
pembandingan maka disebut deskriptif komparatif. Dan karena untuk
penelitian deskriptif yang dilakukan guru harus berorientasi pada pemecahan
masalah atau peningkatan mutu pembelajaran maka lebih tepatnya rancangan
penelitian seperti itu disebut penelitian deskriptif yang berorientasi
pemecahan masalah atau peningkatan mutu.
Sebagai ilustrasi dapat digambarkan
sebagai berikut. Pak Sahid seorang guru Fisika SMP kelas IX. Dia mempunyai
masalah di kelas IX-A karena siswanya sering gaduh dan malas dalam mengikuti
pelajaran. Berkali-kali pak Sahid sudah memperingatkan siswanya agar mengikuti
pelajaran dengan baik, tetapi masih belum berhasil juga. Untuk itu dia berfikir
untuk menemukan cara bagaimana menarik perhatian siswa agar mau mengikuti
pelajaran dengan baik dan aktif dalam belajar. Untuk itu pak Sahid mencoba
menerapkan metoda pembelajaran dengan metode penemuan/inkuiri ditambah
penggunaan berbagai media pembelajaran. Mulailah dirancang langkah-langkah pembelajaran
tersebut dan dituangkannya dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Selanjutnya
pak Sahid mulai menerapkan metode tersebut yang ternyata mampu menarik siswanya
sehingga mau mengikuti pelajaran dengan baik dan lebih aktif dari sebelumnya.
Selama pelajaran berlangsung pak Sahid mencatat segala tingkah laku siswa, mana
hal-hal yang membuat siswa senang dan termotivasi, dan mana yang kurang menarik
siswa. Dia juga merekam nilai yang diperoleh siswa sebelum dan setelah metode
tersebut diterapkan.
Pada waktu setelah kejadian berlangsung
dan karena melihat keberhasilannya tersebut kemudian pak Sahid ingin mengetahui
lebih mendalam tentang sebab-sebab siswa tidak tertarik dan kemudian menjadi
tertarik untuk mengikuti pelajaran. Dia mulai menanyai (wawancara) siswanya
tentang apa yang membuat menarik dan mana yang tidak menarik, mana yang perlu
dilakukan dan mana yang tidak perlu dan sebagainya. Selain itu dia juga membuat
angket yang dimaksudkan untuk mengetahui lebih dalam pendapat siswa terhadap
metode pembelajaran yang diterapkannya. Dari hasil wawancara, angket maupun
hasil penilaian, kemudian dilakukan analisis dan pembahasan tentang penyebab
ketidaktertarikan dan penyebab ketertarikan siswa, hal-hal yang membuat siswa
bergairah dan sebagainya. Selanjutnya pak Sahid menuliskan segala pengalamannya
dalam bentuk laporan penelitian, dituliskannya upaya yang telah dilakukan
tersebut secara sistematis mulai dari latar belakang mengapa dia menerapkan
metode pembelajaran baru, rumusan masalahnya, landasan teori dan metode
penelitian yang digunakan serta teknik analisis/pembahasan dan akhirnya
menyusun kesimpulan hasil penelitiannya. Demikian tadi, pak Sahid sudah
melakukan penelitian deskriptif kualitiatif tentang upaya yang telah
dilakukan untuk memecahkan masalah dalam proses pembelajaran di kelasnya.
Sebuah penelitian beranjak dari
masalah yang ditemukan atau dirasakan. Yang dimaksud masalah adalah setiap
hambatan atau kesulitan yang membuat seseorang ingin memecahkannya. Jadi sebuah
masalah harus dapat dirasakan sebagai satu hambatan yang harus diatasi apabila
kita ingin melakukan sesuatu. Dalam arti lain sebuah masalah terjadi karena
adanya kesenjangan (gap) antara kenyataan dengan yang seharusnya. Penelitian
diharapkan dapat memecahkan masalah itu, atau dengan kata lain dapat menutup
atau setidak-tidaknya memperkecil kesenjangan itu.
Setelah masalah diidentifikasi,
dipilih, maka lalu perlu dirumuskan. Perumusan ini penting, karena berdasarkan
rumusan tersebut akan ditentukan metode pengumpulan data, pengolahan data
maupun analisis dan peyimpulan hasil penelitian. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam merumuskan masalah, yaitu: Sebaiknya dirumuskan dalam bentuk
kalimat tanya, padat dan jelas, memberi petunjuk tentang memungkinkannya pengumpulan
data, dan cara menganalisisnya.
Setelah masalah dirumuskan, maka
langkah selanjutnya adalah mencari teori-teori, konsep-konsep yang dapat
dijadikan landasan teoritis penelitian yang akan dilakukan itu. Hal lain yang
lebih penting makna dari penelaahan kepustakaan adalah untuk memperluas wawasan
keilmuan bagi para calon peneliti, karena kita sadari bahwa semua informasi
yang berkaitan dengan keilmuan dalam hal ini teori ataupun hasil penelitian
para ahli semua sudah tertuang dalam kepustakaan.
Selanjutnya ditentukan metode
pengumpulan data, yang diantaranya meliputi metode wawancara, angket,
pengamatan dan dokumentasi. Apabila kita katakan bahwa untuk memperoleh data
kita gunakan metode wawancara, maka di dalam melaksanakan pekerjaan wawancara ini,
pewawancara menggunakan alat bantu. Secara minimal alat bantu tersebut berupa
rambu-rambu pertanyaan yang akan ditanyakan dan biasanya disebut pedoman
wawancara. Untuk memperoleh jawaban secara tertulis dari responden, digunakan
angket atau kuesioner. Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memproleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Istilah angket digunakan untuk
menyebutkan metode maupun instrumen. Jadi dalam menggunakan metode angket
berarti instrumen yang digunakan adalah angket. Selanjutnya data dapat diambil
melalui proses pengamatan atau observasi. Pengamatan dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu pengamatan non sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak
menggunakan instrumen pengamatan dan pengamatan sistematis, yang dilakukan oleh
pengamatan dengan menggunakan pedoman dalam melakukan pengamatan. Saat
melakukan penelitian di mana sumber datanya berupa tulisan atau dokumen,
digunakan metode dokumentasi.
Setelah peneliti melakukan
persiapan seperti dijelaskan di atas, maka selanjutnya dilakukan pengumpulan
data. Untuk seorang guru, pengumpulan data dapat dilakukan di kelasnya sendiri.
Dalam hal rancangan penelitian deskriptif aplikatif, maka pengumpulan data
dapat dilakukan dengan menggunakan angket (bagi siswa SMP, SMA, SMK) atau
wawancara (bagi siswa TK atau SD) dan data yang dikumpulkan misalnya tentang
tanggapan siswa atas metode pembelajaran baru yang telah dilakukan guru atau
hasil observasi atas sikap siswa pada saat guru menyajikan pembelajaran dengan
metode baru. Data lain yang perlu dikumpulkan misalnya adalah nilai hasil
belajar siswa, yang diperoleh dari metode dokumentasi, dan keaktifan siswa,
yang diperoleh dari hasil pengamatan.
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera dilakukan pengolahan data. Selanjutnya data yang telah diolah tersebut disajikan dalam bentuk tabel, diagram, dan lain-lain agar memudahkan dalam pengolahan serta analisis selanjutnya.
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera dilakukan pengolahan data. Selanjutnya data yang telah diolah tersebut disajikan dalam bentuk tabel, diagram, dan lain-lain agar memudahkan dalam pengolahan serta analisis selanjutnya.
Data hasil olahan tersebut kemudian
harus dianalisis, data deskriptif kualitatif sering hanya dianalisis menurut
isinya dan karenanya analisis seperti ini juga disebut analisis isi (content analysis).
Dalam analisis deskriptif, data disajikan dalam bentuk tabel data yang berisi
frekuensi, dan kemudian dihitung mean, median, modus, persentase, standar
deviasi atau lainnya. Untuk analisis statistik, model analisis yang digunakan
harus sesuai dengan rancangan penelitiannya. Apabila penelitian yang dilakukan
guru hanya berhenti pada penjelasan masalah dan upaya pemecahan masalah yang
telah dilakukan (untuk meningkatkan mutu pembelajaran), maka setelah disajikan
data hasil wawancara, angket, pengamatan atau dokumentasi, maka selanjutnya
dianalisis atau dibahas dan diberi makna atas data yang disajikan tersebut.
Tetapi apabila penelitian juga dimaksudkan untuk mengetahui tingkat hubungan
maka harus dilakukan pengujian hipotesis sebagaimana hipotesis yang telah
ditetapkan untuk diuji. Misalnya uji statistik yang dilakukan adalah uji
hubungan, maka akan diperoleh hasil uji dalam dua kemungkinan, yaitu hubungan
antar variabel-variabel penelitian atau perbedaan antara sampel-sampel yang
diteliti, dengan taraf signifikansi tertentu, misalnya 5% atau 10%., atau dapat
terjadi hubungan antar variabel penelitian atau perbedaan antara sampel yang
diteliti tidak signifikan. Apabila ternyata dari hasil pengujian diketahui
bahwa hipotesis alternatif diterima (hipotesis nol ditolak) berarti menyatakan
bahwa dugaan tentang adanya saling hubungan atau adanya perbedaan diterima
sebagai hal yang benar, karena telah terbukti demikian. Sebaliknya dalam
kemungkinan hasil yang kedua dinyatakan hipotesis alternatif tidak terbukti
kebenarannya, maka berati hipotesis nol yang diterima. Dengan telah diambilnya
hasil pengujian mengenai penerimaan atau penolakan hipotesis maka berati
analisis statistik telah selesai, tetapi perlu diingat bahwa pelaksanaan
penelitian masih belum selesai, karena hasil keputusan tersebut masih harus
diberi interprestasi atau pemaknaan.
Hasil analisis dari pengujian
hipotesis dapat dikatakan masih bersifat faktual, untuk itu selanjutnya perlu
diberi arti atau makna oleh peneliti. Dalam pemaknaan sering kali hasil
pengujian hipotesis penelitian didiskusikan atau dibahas dan kemudian ditarik
kesimpulan. Dalam penelitian dipastikan seorang peneliti mengharapkan hipotesis
penelitiannya akan terbukti kebenarannya. Jika memang demikian yang terjadi,
maka kemungkinan pembahasan menjadi tidak terlalu berperan walaupun tetap harus
dijelaskan arti atau maknanya. Tetapi jika hipotesis penelitian itu ternyata
tidak tahan uji, yaitu ditolak, maka peranan pembahasan menjadi sangat penting,
karena peneliti harus mengekplorasi dan mengidentifikasi sumber masalah yang
mungkin menjadi penyebab tidak terbuktinya hipotesis penelitian. Akhirnya dalam
kesimpulan harus mencerminkan jawaban dari pertanyaan yang diajukan. Jangan
sampai antara masalah penelitian, tujuan peneltian, landasan teori, data,
analisis data dan kesimpulan tidak ada runtutan yang jelas. Apabila penelitian
mengikuti alur atau sistematika berpikir yang runut seperti itu maka penelitian
akan dapat dikatakan telah memiliki konsistensi dalam alur penelitiannya.
0 komentar:
Posting Komentar